Skip to main content

Medan, 1950-1958 : Rubiah, Achmad CB dan Kasma Booty (bagian 3)

Dilihat dari peran Jakarta sebagai pusat kebudayaan Indonesia, sumbangannya terhadap budaya pop Medan agak terbatas. Kelompok-kelompok musik pop dari segala penjuru Indonesia, termasuk dari Medan, berkeliling Indonesia dan seringkali tinggal di Jakarta selama beberapa saat guna melakukan rekaman dan mendapatkan peliputan publik dalam surat-surat kabar dan majalah nasional.

Sementara itu para pengarang, penulis naskah drama, pelukis dan aktor muda di Medan yang ambil bagian dalam kebudayaan nasional ‘serius’ menganggap Jakarta sebagai kiblat mereka. Sementara khalayak ramai berkiblat ke seberang Selat Malaka, yaitu Singapura, menanti peluncuran filem baru yang menampilkan bintang filem Melayu populer, seperti P. Ramlee atau Kasma Booty. Sejak 1920-an, Penang dan Singapura telah menjadi pusat budaya pop apa yang lazim disebut sebagai Dunia Melayu, di mana Medan merupakan bagiannya.

Dengan didirikannya dua studio filem yang saling bersaing di Singapura pada tahun 1947 dan 1952 dan produksi filem-filem Melayu yang sukses dalam jumlah besar, Singapura menjadi pusat filem Melayu. Filem-filem ini diproduksi dengan modal dari orang Cina, disutradarai orang India dan dibintangi orang-orang Melayu. Filem menjadi suatu industri raksasa dan menarik banyak orang Melayu ke Singapura yang ingin mengadu peruntungan dengan menjadi aktor, penulis skenario atau ilustrator musik. Format-format filem awal antara lain didasarkan pada satu bentuk teater Melayu populer yang disebut bangsawan, dimana musik berperan penting (Harper 1999 : 282-5).

Rata-rata, banyak di antara orang ‘Melayu” yang merantau ke Singapura untuk bekerja di industri perfilman atau industri yang terkait dengan musik berasal dari Medan. Menarik bahwa beberapa tokoh kunci dalam bisnis filem Singapura adalah para perintis teater sebelum PD II (baik bangsawan maupun teater modren yang disebut sandiwara), musik dan filem bisu di Sumatera Utara. Kedua orang tua komponis penyair Ahmad Jafa’ar, misalnya, adalah operator filem bisu. Ia belajar memainkan alat-alat musik yang berbeda-beda dan mementaskannya dalam orkestra yang mengiringi pemutaran filem bisu.

Penyanyi Rubiah bergabung dengan kelompok teater keliling sewaktu masih muda belia, ketika keluarganya tak mampu lagi menghidupinya. Achmad CB mengawali karirnya sebagai pelakon bangsawan sebelum PD II ; kemudian mendirikan kelompok teater modren sendiri dengan nama Asmara Dhana / Rayuan Asmara. Dan bintang filem populer Kasma Booty baru berusia empat belas tahun ketika bergabung dengan kelompok teater Achmad CB untuk pentas ke Penang guna menghindari penyiksaan Jepang.

Keempat seniman ini melakukan pentas keliling di kawasan Malaya ketika masih berusia muda, dan kepindahan mereka ke Singapura dan bergeser ke dunia filem tak lebih dari tahap wajar selanjutnya dalam karier mereka.

Menarik untuk dicatat bahwa ketiga ‘bintang filem dan penyanyi Melayu’ dari Medan itu, yakni Rubiah, Achmad CB dan Kasma Booty secara etnis bukan Melayu sama sekali. Mereka termasuk apa yang oleh Kahn disebut ‘Melayu yang lain’ : orang Malaya atau Indonesia yang berasal dari etnis campuran, yang lahir dan/atau besar di kawasan Melayu. Ayah Rubiah adalah orang Batak bermarga Lubis, sedangkan ibunya orang Jawa. Achmad CB, yang bernama asli Achmad Awab Azis adalah keturunan Arab (Said Tripoli, aktor dan sutradara bangsawan kenamaan adalah pamannya), sedangkan Kasma Booty berayah Belanda.

Kasma Booty
Di Singapura, dunia perfileman, kelompok-kelompok dan bintang-bintang kabaret merupakan suatu jaringan individu-individu berbakat yang menebarkan nada politik antikolonial. (Harper 1999 : 290). Artis-artis Indonesia yang merantau ke Singapura bertemu dengan pengarang, aktor, dan musisi nasionalis Malaya yang hijrah ke Singapura untuk melarikan diri dari Undang-Undang Keadaan Darurat Inggris. Bersama mereka mendorong radikalisai budaya pop di Singapura (Harper 1999 : 290 ; Kahn 2006 : 114-7).

Bersambung....

* * * * * * *
Catatan kecil dari Wikipedia  dan selengkapnya di MSWikipedia :

Kasmah Binti Abdullah atau dikenal dengan nama Kasma Booty (Kisaran, Hindia-Belanda (kini Indonesia), 1932 - Kuala Lumpur, 1 Juni 2007) adalah aktris Malaysia berdarah Jawa-Belanda, yang dijuluki sebagai "Elizabeth Taylor dari Malaysia". Ia menikah dengan Booty Jacobs dan dikaruniai 5 anak.


Karier filmnya berawal sejak usia 15. Film pertama yang dibintanginya diproduksi oleh Shaw Brothers. Film-filmnya dalam produksi itu antara lain Chempaka (1947) dan Manusia (1951).

Chempaka adalah filem pertama bagi Kasma Booty.
Ini adalah iklan tayangan 'Chempaka" di Alhambra, Singapura

Kemudian, Booty ikut masuk ke Cathay Keris Studio di Singapura dan bermain dalam sejumlah film seperti Mahsuri (1958), di mana dalam usia 60 tahunan ia banyak ikut dalam film-film produksi Merdeka Studio di Hulu Kelang (dekat Kuala Lumpur), seperti Keris Sempena Riau (1961) dan Damak (1967).

Ia mendapat 2 kali penghargaan sebagai aktris. Pada tahun 1987 ia menerima penghargaan Merak Kayangan untuk veteran film dari Festival Film Malaysia dan pada tahun 1990 ia dianugerahi Jury Award dalam Festival Film Asia-Pasifik ke-35.

Kasma Booty meninggal akibat pneumonia dan dimakamkan di Pemakaman Kampung Klang Gate.

Film-film yang dibintanginya :

Chempaka (1947)
Pisau Berachun (1948)
Noor Asmara (1949)
Rachun Dunia (1950)
Bakti (1950)
Dewi Murni (1950)
Sejoli (1951)
Juwita (1951)
Manusia (1951)
Mahsuri (1958)
Keris Sempena Riau (1961)
Selendang Merah (1962)
Siti Payung (1962)
Ratapan Ibu (1962)
Tangkap Basah (1963)
Anak Manja (1963)
Ragam P. Ramlee (1965)
Damak (1967).

-----------------
Sebelumnya : 
Bagian 1
Bagian 2

Comments

Popular posts from this blog

Nasehat-Nasehat dan Ungkapan-Ungkapan

Nasehat-Nasehat Orang tua Karo, termasuk orang tua yang suka memberikan nasehat-nasehat kepada anggota keluarganya. Dalam nasehat yang diberikan selalu ditekankan, agar menyayangi orang tua, kakak/abang atau adik, harus berlaku adil. Menghormati kalimbubu, anakberu, senina sembuyak, serta tetap menjaga keutuhan keluarga.   Beberapa nasehat-nasehat orang-orang tua Karo lama, yang diungkapkan melalui ungkapan-ungkapan antara lain: Ula belasken kata la tuhu, kata tengteng banci turiken . Artinya jangan ucapkan kata benar, tetapi lebih baik mengucapkan kata yang tepat/pas. Ula kekurangen kalak enca sipandangi, kekurangenta lebe pepayo , artinya jangan selalu melihat kekurangan orang lain, tetapi lebih baik melihat kekurangan  kita (diri) sendiri atau  Madin me kita nggeluh, bagi surat ukat, rendi enta, gelah ula rubat ,  artinya lebih baik kita hidup seperti prinsip  surat ukat (surat sendok), saling memberi dan memintalah agar jangan sampai berkelahi. Beliden untungna si apul-apulen

Musik Karo - Gendang Tiga Sendalanen (bagian 5)

7.2 Gendang telu sendalanen Secara harfiah Gendang telu sendalanen memiliki pengertian tiga alat musik yang sejalan atau dimainkan secara bersama-sama (sama seperti pengertian Gendang Lima Sendalanen). Ketiga alat musik tersebut adalah (1)  Kulcapi/balobat , (2)  ketengketeng,  dan (3)  mangkok.  Dalam ensambel  ini ada dua istrumen yang bisa digunakan sebagai pembawa melodi yaitu   Kulcapi  atau  balobat.   Pemakaian  Kulcapi atau balobat  sebagai pembawa melodi dilakukan secara terpisah dalam upacara yang berbeda.  Sedangkan  Keteng-keteng dan  mangkok merupakan alat musik pengiring yang menghasilkan pola-pola ritem yang bersifat konstan dan repetitif. Jika  Kulcapi digunakan sebagai pembawa melodi, dan  keteng-keteng  serta mangkok sebagai alat musik pengiringnya, maka istilah  Gendang telu sendalanen sering disebut   Gendang Lima Sendalanen Plus Kulcapi ,  dan jika balobat sebagai pembawa melodi, maka istilahnya  tersebut  menjadi  gendang balobat.  Masing-masing alat mu

Kumpulan Teks dan Terjemahan Lagu-lagu Karya Djaga Depari (bagian 2)

8. Mari Kena Mari turang geget ate mari kena Sikel kal aku o turang kita ngerana Aloi, aloi kal aku Kena kal nge pinta-pintangku Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tebing kal kapen o turang ingandu ena Nipe karina i jena ringan i jena Tadingken kal ingandu ena Mari ras kal kita jenda Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena Tertima-tima kal kami kerina gundari Kalimbubu, anak beru ras seninanta merari Mulih kal gelah kena keleng ate Ras kal kita jenda morah ate Ula lebe meja dage Mari turang iah mari kena Mari turang iah mari kena (sumber : Henry Guntur Tarigan, Piso Surit tahun 1990 halaman : 132) Mari Kena (Marilah mari) Mari adinda sayang marilah mari Ingin daku kita berbicara Dengar, dengarkanlah daku Dikaulah yang sangat kurindukan Mari, marilah sayang Mari, marilah sayang Sangat terjal jalan ke rumahmu sayang Ada banyak ular pula di situ Tinggalkanlah rumahmu itu Mari kita bersama di si